kimiasiana



Kategori Kimia Material
Sel Bahan Bakar Terbaharukan untuk Kendaraan Listrik
Oleh Soetrisno
Beberapa ilmuwan telah berhasil membuat sel bahan bakar terbaharukan pertama yang bisa menyimpan lebih banyak energi dibanding bensin.
Kendaraan-kendaraan bertenaga listrik berpotensi lebih ramah lingkungan dibanding kendaraan berbahan bakar bensin karena tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca, tetapi sel-sel yang digunakan untuk tenaga penggerak tidak bisa menyimpan energi yang sama banyaknya seperti bahan bakar fosil. Sekarang, Stuart Licht dan rekan-rekannya di Universitas Massachusetts, Boston, Amerika Serikat, telah membuat sebuah sel bahan bakar vanadium borida-udara dengan kapasitas energi yang jauh lebih besar dibanding baterai-baterai kendaraan yang ada sekarang. "Sel ini memiliki kapasitas energi yang sepuluh kali lebih tinggi dibanding baterai-baterai ion lithium dan kepadatan energi yang tiga kali lebih besar dibanding baterai-baterai zink-udara," kata Licht, "walaupun semua sel dan baterai ini bekerja dengan cara yang sama."
Sebuah mobil listrik produksi GM (General Motors) bernama "Volt", yang rencananya akan diluncurkan di tahun 2010, menggunakan baterai ion lithium yang bisa menggerakkan mobil sejauh 40 mil sebelum harus diisi ulang. Untuk menambah jarak tempuh ini, GM menambahkan sebuah mesin bakar standar untuk mengisi ulang baterai jika sudah lemah.
"Sel bahan bakar terbaharukan yang kami buat membuka kemungkinan untuk membuat kendaraan-kendaraan bertenaga listrik dengan jarak tempuh yang tidak terbatas, tanpa mesin bakar terpisah, dan tanpa harus sering mengisi ulang baterai," kata Licht. Sel bahan bakar vanadium borida-udara hanya memerlukan udara dan bahan bakar segar untuk menyelesaikan proses pengisian ulang. Dengan menggunakan sistem ini, seorang pengendara hanya singgah di tempat pengisian bahan bakar untuk mendapatkan bahan bakar segar dan melanjutkan perjalanan kembali dengan sel vanadium borida-udara sebagai sumber energi kendaraan.
Peter Bruce, seorang ahli di bidang material baru untuk alat-alat penyimpanan energi di St Andrews University, Inggris, berkomentar: "Menemukan cara untuk menyimpan lebih banyak energi dibanding yang mungkin disimpan pada alat-alat yang ada sekarang ini merupakan sebuah tantangan penting dan solusi-solusi imajinatif diperlukan. Mengganti zink dalam baterai zink-udara dengan sebuah anoda vanadium borida merupakan sebuah percobaan yang sangat menarik. Akan tetapi, ini menimbulkan beberapa tantangan untuk alat-alat praktis, seperti pengisian ulang baterai, dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan ilmiah yang perlu dijawab."
Licht mengakui bahwa masih banyak upaya yang harus dilakukan sebelum sel bahan bakar ini bisa dikomersialkan. "Penelitian ini adalah penelitian pertama yang menunjukkan kapasitas yang sangat tinggi dari sel ini. Rincian mesin, optimisasi sistem dan pengembangan skala produksi masih perlu dikembangkan," ungkapnya.

Kategori Teknologi Tepat Guna
Air laut: Bahan bakar alternatif
Oleh Wahyu Riyadi
Suatu saat nanti, anda mungkin akan melihat banyak anjing laut yang mengelilingi stasiun pengisian bahan bakar. Itu karena bukan aroma bensin, melainkan justru aroma pantai yang lebih terasa di SPBU.
John Kanzius, 63 tahun, telah berhasil menciptakan alternatif bahan bakar dari air laut. Secara kebetulan, teknisi broadcast ini menemukan sesuatu yang menakjubkan. Pada kondisi yang tepat, air laut dapat menyala dengan temperatur yang luar biasa. Dengan sedikit modifikasi, tidak menutup kemungkinan di masa depan, ini dapat di jadikan sebagai alternatif bahan bakar untuk kendaraan bermotor.
Perjalanan Kanzius menjadi inspirasi yang mengejutkan bermula ketika dia di diagnosis menderita leukimia pada tahun 2003. Dihadapkan dengan treatment kemoterapi yang melelahkan, dia memilih mencoba untuk menemukan alternatif yang lebih baik dalam menghancurkan sel-sel kanker. Kemudian di muncul dengan alat Radio Frequency Generator (RFG), sebuah mesin yang menghasilkan gelombang radio dan memancarkannya ke suatu area tertentu. Kanzius menggunakan RFG untuk memanaskan pertikel metal kecil yang dimasukkan ke dalam tumor, menghancurkan sel tumor tanpa merusak sel yang normal.
Tetapi, apa hubungannya antara kanker dengan bahan bakar air laut?
Selama percobaannya dengan RFG, dia menemukan bahwa RFG dapat menyebabkan air yang berada di sekitar test tube mengembun. Jika RFG dapat menyebabkan air mengembun, seharusnya ini dapat juga untuk memisahkan garam dari air laut. Mungkin, ini dapat digunakan untuk men-desalinitasi air laut. Sebuah peribahasa tua tentang laut, "air, air dimana-mana, dan tidak satu tetespun dapat diminum".
Beberapa negara mengalami kekeringan dan sebagian besar rakyatnya menderita kehausan, padahal 70% bumi adalah samudera yang notabene adalah air. Suatu metode yang efektif untuk menghilangkan garam dari air laut dapat menyelamatkan tak terhitung nyawa. Maka tidaklah heran jika Kanzius mencoba alat RFG-nya untuk tujuan desalinitasi air laut.
Pada test pertamanya, dia melihat efek samping yang mengejutkan. Ketika dia arahkan RFG-nya pada tabung yang berisi air laut, air itupun seperti mendidih. Kanzius lalu melakukan test kembali. Saat ini dengan kertas tisue yang terbakar dan menyentuhkannya ke dalam air laut yang sedang di tembak oleh RFG. Dia sangat terkejut, air laut dalam tabung terbakar dan tetap menyala sementara RFG dinyalakan.
Awalnya berita tentang eksperiment ini dianggap suatu kebohongan, tapi setelah para ahli kimia dari Penn State University melakukan percobaan ini, ternyata hal ini memang benar. RFG dapat membakar air laut. Nyala api dapat mencapai 3000 derajat Fanrenheit dan terbakar selama RFG dinyalakan.
Lalu bagaimanakah air laut dapat terbakar? Dan kenapa jika puntung rokok di lemparkan ke dalam laut tidak menyebabkan bumi meledak?
Ini semua berhubungan dengan hidrogen. Dalam keadaan normal, air laut mempunyai komposisi Natrium Klorida (garam) dan Hidrogen, oksigen (air) yang stabil. Gelombang radio dari RFG milik Kanzius mengacaukan kestabilan itu, memutuskan ikatan kimia yang terdapat dalam air laut. Hal ini melepaskan molekul hidrogen yang mudah menguap, dan panas yang keluar dari RFG memicu dan membakarnya dengan cepat.
Jadi akankah di masa depan nanti mobil atau motor memakai air laut daripada bensin?
Kalau teknologi ini benar-benar bisa terealisasi, dunia sudah tidak perlu khawatir lagi dengan krisis energi.
Bravo ilmu pengetahuan..!!!